Keselamatan Olahraga Renang serta Tindakan Pertolongan pada kecelakaan

 Keselamatan Olahraga Renang serta Tindakan Pertolongan pada kecelakaan

A.    Keselamatan di Air

Keselamatan di air sangatlah penting dan utama dan harus diciptakan baik dalam kegiatan di air maupun dalam olahraga renang. Resiko atau insiden yang paling berat adalah tenggelam di air, hal ini juga dapat terjadi pada orang yang sudah dapat berenang seperti yang diungkapkan oleh orang yang sudah paham dengan olah raga renang. Terlebih bagi orang yang belum dapat berenang, resiko kecelakaan maupun tenggelam sangat besar kemungkinan untuk terjadi.

Pemahaman terhadap keselamatan aktivitas air ini sangat penting sekali baik bagi yang sudah dapat berenang maupun yang sedang belajar berenang. Mengingat pula, hakikatnya air bukanlah tempat hidup manusia selayaknya ikan.

Fakta-fakta yang mempengaruhi keselamatan di air:
1.    orang yang sama sekali belum dapat berenang
2.    terjadi kelalaian saat berenang
3.    terjadi kecelakaan seperti terbentur di dalam air
4.    terjadi kram otot pada saat berenang
5.    terjatuh di kolam renang
6.    kondisi fisik perenang yang tidak prima
7.    perenang menderita penyakit tertentu seperti epilepsi.


Selain fakta-fakta diatas, kondisi kesehatan dan kondisi tubuh seseorang merupakan salah satu faktor yang paling utama. Kondisi tersebut seseorang sangatlah penting ketika melakukan aktivitas di air, dalam hal ini adalah berenang. Salah satu kondisi tubuh yang paling sederhana adalah tubuh tidak dalam kondisi lapar atau perut kosong. Dalam kondisi lapar, tubuh kurang mampu melakukan aktivitas dengan baik. Demikian sebaliknya, apabila tubuh dalam kondisi terlalu kenyang juga akan memberatkan tubuh. Tubuh akan terbebani dua kerja yaitu tubuh bekerja untuk memproses pencernaan dan tubuh melakukan aktivitas renang.

Kondisi dan riwayat penyakit yang diderita oleh orang yang melakukan aktivitas renang juga harus diperhatikan. Orang dengan riwayat penyakit seperti epilepsi misalnya, harus lebih berhati-hati dalam aktivitas di air. Penderita penyakit ini dapat mengalami kambuh apabila mendapat strees yang terlalu tinggi dan dapat membahayakan jiwanya. Pemilik riwayat penyakit atau kelainan jantung juga tidak boleh memaksakan diri beraktivitas renang, karena olahraga ini cukup menguras energi dan membebani kinerja organ jantung.

Bagi penderita penyakit jantung, memang secara fisik tidak nampak adanya kelainan dan tetap bias melakukan aktivitas renang sebagaimana mestinya. Namun apabila memaksakan diri untuk berenang, penderita penyakit jantung harus instrospeksi dan harus tahu kondisi dirinya sendiri, ia sendiri yang harus mewaspadai dan mengukur kemampuannya. Berbeda dengan penderita penyakit asma, yang justru mendapatkan terapi penyembuhan dengan berenang. Namun tentunya aktivitas berenangnya harus terukur dan terkontrol intensitasnya. Bagaimanapun juga penderita asma dari sisi organ pernafasan juga mengalami gangguan karena aktivitas berenang memaksa kerja jantung dan paru-paru serta otot lebih berat disbandingkan beraktivitas di darat. Berendam diri saja di air penderita penyakit asma sudah mendapatkan tekanan dari air pada organ paru-paru.

Bagi orang yang sama sekali belum dapat berenang sangat dilarang untuk berenang sendirian tanpa adanya pengamatan. Pada kolam renang yang dangkal pun, yang apabila orang tersebut berdiri, tinggi permukaan air hanya setinggi pinggang saja sudah dapat menenggelamkan apabila belum dapat menguasai diri di air. Sehingga untuk membuat badan ke posisi berdiri dari posisi terjatuh sulit dilakukan, hal ini disebabkan tidak dapat menjaga keseimbangan. Saat bergerak di air keseimbangan adalah hal penting yang perlu dipertahankan.

Kecelakaan di air mungkin saja dapat terjadi, misalnya terjadi benturan satu-sama lain pada bagian kepala, sehingga terjadi hilang kesadaran yang terjadi sesaat saja. Sehingga apabila berenang dalam kondisi kolam yang ramai harus lebih berhati- hati.

Kecelakan di air lain yang mungkin terjadi ialah kram atau kejang. Hal ini mungkin dapat terjadi pada siapa saja tanpa
terkecuali. Kondisi ini dapat diakibatkan oleh kelelahan, kurang pemanasan atau gerakan renang yang berlebihan. Dimana sebetulnya menurut ukuran aktifititas yang dilakukan di darat belum terasa melelahkan tetapi karena dilakukan di air terjadi ketegangan otot yang cukup tingi sehingga mudah terjadi kram atau kejang otot. Tentunya hal ini berbeda bagi orang yang sudah terlatih, penguasaan diri di air lebih baik, sebaliknya bagi orang yang baru belajar untuk menguasai diri sendiri terkadang masih mengalami kesulitan.

Keadaan lain yang mungkin terjadi adalah terjatuh di pelataran/lingkungan kolam renang. Kondisi lantai di lingkungan kolam renang terkadang sangat licin, terlebih apabila lantai selalu basah terkena air. Sehingga diharapkan untuk tidak berlari-lari maupun bergurau dengan teman secara berlebihan di sekitar kolam.

B.    Tindakan pertolongan pada kecelakaan
Untuk memberikan pertolongan pada kecelakaan, diperlukan pemahaman dan langkah-langkah yang tepat. Pertolongan di air diharapakan dapat dilakukan dengan cepat dan tepat. Langkah- langkah yang diambil tidak beresiko dan berdampak negatif bagi penolong dan korban. Hal-hal ini perlu untuk diperhatikan bagi petugas kolam, pengajar renang dan masyarakat secara umum.

Sebelum melakukan tindakan pertolongan sebaiknya perlu memperhatikan langkah-langkah yang harus dilakukan, misalnya seperti berikut:


1.    Melihat situasi dan kondisi di lapangan, kondisi korban yang perlu ditolong berada dimana? Dan bagaimana kondisinya?. Misalnya, posisi korban berada cukup jauh, maka penolong harus mencari posisi yang paling dekat dengan korban. Jangan memaksakan untuk berenang dengan jarang yang lebih jauh sehingga penolong mengalami kelelahan. Bagi seorang penolong, keselamatan dirinya lebih utama. Jangan sampai terjadi justru membawa kerugian bagi penolong sendiri. Sehingga pemahaman dan keterampilan bagi seorang penolong sangatlah penting. Begitu pula dengan kondisi korban, apabila korban dalam kondisi panik dan takut bisa membahayakan penolong.

2.    Menolong dengan alat bantu pertolongan. Menolong korban dengan alat bantu akan lebih baik daripada menolong secara langsung (berenang). Alat-alat yang memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai alat bantu pertolongan kecelakaan air antara lain: tongkat, tali dan pelampung serta alat-alat lain yang mudah untuk digunakan menolong korban. Persiapan alat untuk mendukung keselamatan di air sangatlah utama dan harus disediakan di kolam renang. Terlebih lagi adalah petugas khusus penjaga keselamatan (life guard) yang ada kolam renang.

Petugas dan alat yang teresdia tidak dapat dipisahkan dalam menunjang keselamatan aktivitas maupun olahraga renang. Tongkat panjang merupakan alat keselamatan yang paling mudah dan praktis penggunaanya. Karena tongkat dapat langsung diarahkan pada korban dan dapat digunakan untuk menarik korban. Selain itu, pelampung dan tali pengingkat juga dapat digunakan untuk menolong korban kecelakaan di air. Namun penggunaan pelampung dan tali memiliki kesulitan tersendiri, yaitu kesulitan dalam melemparkan pelampung ke arah korban secara tepat.


Subscribe to receive free email updates: