Bagaimana Cara Agar Basket Bisa Menyaingi Sepakbola?

Bagaimana Cara Agar Basket Bisa Menyaingi Sepakbola?

Di Amerika Serikat, sepakbola merupakan minoritas. Bahkan, masyarakat Amerika lebih gemar menyebutnya sebagai soccer ketimbang football. Sepakbola selagi bertahun-tahun telah tersisih di Negeri Paman Sam tersebut.

Tahun 1994 mampu disebut sebagai masa kebangkitan sepakbola di Amerika. Sepakbola mulai menyeruak kala negara Adidaya menjadi baginda rumah Piala Dunia. Dua puluh tahun berselang, Amerika mencatatkan prestasi dengan lolos ke babak 16 besar Piala Dunia.

Bukan prestasi yg mampu disebut membanggakan memang, tapi Amerika melakukannya dengan sungguh-sungguh. Mereka bermain dengan tutorial bermain yg disukai masyarakat Amerika: menyerang.
Perlahan, sepakbola pun mulai diminati. Segala sudut penyelenggaraan mulai diperhatikan, termasuk pengelolaan dan industri sepakbola. Seperti yg kita tahu, industri tiga olahraga di Amerika: American Football, Baseball, dan Basket, telah layak untuk disebut sebagai industri. Arena tidak sempat sepi. Merchandise pun laku diborong. Mereka menyediakan segalanya. Bukan sekadar pertandingan, tapi keseluruhan match programme (hari pertandingan), dipersiapkan dengan baik.

Pertandingan berjalan pada Sabtu malam, misalnya, supaya satu keluarga mampu turut hadir di arena. Pengelolaan daerah parkir, penjualan tiket, disusun sedemikian rupa, supaya penonton dari beberapa kalangan mampu enjoy menyaksikan itu semua.

Bukan faktor yg jarang, mereka yg melihat ke arena sebetulnya punya motif lain: bisnis, kencan, refreshing. Maka, penting untuk dengan serius menyusun match programme, supaya industri mampu berjalan dengan baik.

Hanya Populer di Amerika

Adakah di belahan dunia lain, pertandingan football, baseball, dan basket, mampu menyedot perhatian puluhan ribu penggemar, dan menjadi olahraga favorit di negaranya? Ada, tapi tidak sebanyak negara yg mengidolakan sepakbola.

Bisa dibilang, tiga olahraga tersebut hanya terkenal dan berkembang di Amerika.

Di Eropa, beberapa klub semacam Barcelona, Real Madrid, Besiktas, merupakan institusi olahraga, bukan hanya sepakbola. Maka, mereka mempunyai klub lain semacam klub basket, dan bola voli.

Perkembangan basket di Eropa, khususnya di Spanyol dan Eropa Timur, terbukti jauh lebih menanjak ketimbang di Inggris, misalnya. Namun, tetap saja, susah bagi mereka untuk mampu menyamai popularitas sepakbola.

Piala Dunia merupakan pesta terakbar yg menjadi fenomena tiap empat tahun. Seluruh dunia menyaksikan dan memerhatikannya. Pernahkah Kalian mendengar Piala Dunia Basket? Kalau belum, ini merupakan jawaban mengapa basket hanya terkenal di Amerika.

Melebarkan Sayap Kompetisi

Liga Basket Amerika (NBA) mencatatkan pendapatan 4,75 miliar dollar Amerika. Sebuah nilai yg mampu dibilang fantastis untuk ukuran pengelolaan olahraga. Namun, jangan salah sebab jumlah tersebut tetap di bawah pendapatan Liga Inggris dengan lima miliar dollar Amerika.

Bedanya, EPL bukanlah satu-satunya kompetisi yg mencatatkan pendapatan di atas satu miliar dollar. Liga Jerman, Liga Spanyol, Liga Italia, Liga Prancis, sampai Liga Rusia merupakan kompetisi dengan revenue di atas satu miliar dollar. Basket? Hanya Amerika. Baseball? Amerika dan Jepang. Football? Amerika.

Secara jelas, sepakbola terbukti dominan, ucap Bill Duffy, salah seorang penyuplai pemain basket, Kekuatan finansialnya besar. Sepakbola mempunyai sponsor tertinggi. Mereka lebih luar biasa dan mempunyai komitmen yg lebih besar.

Jika popularitas mampu diukur dari jumlah likes fanpage facebook dan follower twitter, jadi sepakbola hanya butuh menyodorkan Cristiano Ronaldo. Pemain Real Madrid ini mempunyai 127 pecinta di facebook dan twitter, yg lebih tidak sedikit ketimbang Kobe Bryant, LeBron James, dan Michael Jordan apabila ketiganya dikombinasikan.


 Merambah Benua Lain

NBA bukannya tidak sempat menyosialisasikan permainan tersebut ke penjuru dunia. Sejak 1978 mereka telah rutin melakukannya. Kini, Tiongkok merupakan negara yg menjadi destinasi sebab ketertarikan yg besar dari negeri tirai bambu itu.

NBA amat bergantung pada keberadaan pada pemain bintangnya untuk mampu mempromosikan olahraga tersebut. Mereka menamainya Basketball Without Borders. Program tersebut mengangkat para pemain, pelatih, tim lain, dan ofisial pergi ke kota-kota di dunia untuk mengajarkan bukan hanya teknik dasar, tapi juga tutorial pandang basket itu sendiri.

Pada 2009, Indonesia sempat disambangi pemain dan pelatih NBA. Selama tiga hari, mereka mengisi acara Indonesia Development Camp (IDC) yg menyertakan pelatih dan pemain tingkat SMA dari 15 provinsi di Indonesia.

Dengan tutorial semacam ini, setidaknya NBA mencoba menerapkan pengaruhnya di negara yg dianggap potensial, tapi industri olahraganya tetap belum berkembang.

Permainan Masyarakat

Entah mengapa tidak sedikit orang-orang menyukai sepakbola. Padahal, untuk mampu bermain, mereka memperlukan lapangan yg besar dan pemain yg banyak.

Di kota-kota padat di Amerika, dengan gedung-gedung dan permukiman yg padat, susah untuk melihat lapangan sepakbola dengan cara teratur. Yang biasa terkesan merupakan ring basket yg menggantung di tiap sudut kota. Ini yg membikin basket menerap dalam keseharian masyarakat Amerika.

Hal tidak sama pasti terkesan di Indonesia misalnya. Anak-anak lebih memilih bermain bola di pelataran parkir, dengan sendal alias jaket sebagai tiang gawangnya. Jika dihitung, ini terbukti jauh lebih terjangkau dibanding memasang ring basket di tembok.

Di Australia pun demikian. Meski termasuk sebagai negara maju, tapi nilai gimnasium alias GOR di negara tersebut belum serupa dengan GOR di Amerika. Bahkan, gimnasium paling baik di Sidney kualitasnya hampir sama dengan gimnasium di SMA yg ada di Amerika.

David Nurse, shooting coach asal Australia berkata jumlah pelatih yg berkualitas tetap belum merata. Ia menyebut China mempunyai potensi besar, tapi tidak tergarap sebab minimnya pelatihan dan penempaan ilmu di sana. Tanpa sumber daya insan yg berkualitas, talenta di negara lain pun mampu lenyap begitu saja.

Ya, infrastruktur menjadi salah satu argumen mengapa basket susah berkembang tidak hanya di Amerika.

Mengubah Cara Bermain

Tak butuh tumbuh sampai setinggu dua meter untuk menjadi pesepakbola. Lihat Marco Veratti yg tingginya hanya 1,65 meter, tapi mampu menguasai lapangan dengan amat baik.

Faktor mutlak basket susah berkembang merupakan persoalan tinggi badan. Apalagi, bagi orang-orang asia yg tinggi rata-ratanya kurang lebih 165 sentimeter. Menghadapi lawan yg jauh lebih tinggi dan kokoh pasti akan membosankan. Setiap lemparan rutin di-blok, tidak mampu slam dunk, dan lain-lain. Tinggi badan amat memengaruhi tutorial bermain basket.

Satu-satunya tutorial supaya basket mampu diterima, dengan merubah tutorial bermain. Teknisnya semacam apa, biar NBA yg memutuskan.

Melihat dari cara-cara di atas, setidaknya butuh waktu yg lama bagi basket untuk mampu lebih banyak didominasi di dunia. Sepakbola menjadi favorit sebab mampu dimainkan di mana saja, dengan tutorial apa saja, dan oleh siapa saja. Tidak terbatas hanya orang-orang yg mempunyai tubuh semacam Hercules yg mampu bermain.

Subscribe to receive free email updates: